Tidak ada data tertulis yang pasti mengenai kapan orang Indonesia
(Jawa) menemukan teknik tempa senjata berpamor. Namun jika dilihat bahwa
sebagian bilah keris Jalak Buda sudah menampilkan gambaran pamor, bisa
diperkirakan pamor dikenal bangsa Indonesia setidaknya pada abad ke-7.
Pamor yang mereka kenal itu terjadi karena ketidaksengajaan, dengan
mencampur beberapa macam bahan besi dari daerah galian yang berbeda.
Perbedaan komposisi unsur logam pada senyawa besi yang mereka pakai
sebagai bahan baku pembuatan keris itulah yang menimbulkan nuansa warna
yang berbeda pada permukaan bilahnya, sehingga menampilkan gambaran
pamor.
Keris dan tombak tangguh Jenggala sudah menampilkan rekayasa pamor
yang amat indah dan mengagumkan. Jelas pamor itu bukan berasal dari
ketidaksengajaan, melainkan karena teknik tempa dan rekayasa si empu.
Inilah yang menimbulkan tanda tanya, apakah Jenggala dalam perkerisan
sama dengan Jenggala dalam ilmu sejarah? Mengapa budaya masyarakat di
kerajaan yang berdiri pada abad ke-11 itu sudah terampil membuat
rekayasa seni pamor?
Bahan Pamor
Selain menunjuk pada pengertian tentang pola gambarannya, pamor juga
dimaksudkan menunjuk pengertian mengenai bahan pembuat pamor itu.
Ada empat macam bahan pamor yang acapkali digunakan dalam pembuatan
keris, dan tosan aji lainnya. Dari yang empat itu, tiga di antaranya
adalah bahan alami, sedangkan bahan pamor yang keempat adalah unsur
logam nikel yang telah dimurnikan oleh pabrik.
Bahan pamor yang tertua adalah bahan keris dari dua atau beberaoa
senyawa besi yang berbeda. Senyawa besi yang berbeda komposisi
unsur-unsurnya itu, tentunya didapat dari daerah yang berbeda pula. Dari
bahan pamor ini, pamor yang terjadi dinamakan pamor sanak.
Bahan pamor lainnya adalah batu bintang atau batu meteor. Penggunaan
bahan meteorit untuk bahan pamor bukan hanya dilakukan oleh para empu di
Pulau Jawa, juga di daerah lain di Indonesia. Badik batu dan mandau
batu, misalnya, dibuat oleh orang Sulawesi dan Kalimantan.
Di Sulawesi selain batu bintang atau batu meteor, ada bahan pamor
lain yang banyak terdapat di daerah Luwu. Bahan pamor dari Luwu ini
kemudian menjadi komoditi dagang antarpulau, bahkan juga dikenal dan
diperdagangkan di Singapura, Semenanjung Malaya, dan Thailand. Mereka
mengenalnya sebagai pamor Luwu atau bassi pamoro.
Jenis bahan pamor yang terakhir adalah nikel. Dulu, beberapa puluh
tahun yang lalu, nikel lebih sering dijumpai sudah bercampur dengan
unsur logam lainnya, biasanya dengan besi. Tetapi kini, tahun 2000,
mudah didapat nikel murni yang dijual kiloan.
Kanjeng Kyai Pamor
Dari empat macam bahan pamor itu, batu meteorlah yang terbaik, karena
bahan itu mengandung titanium yang banyak memiliki kelebihan
dibandingkan dengan bahan pamor lainnya. Bahan baku pamor meteorit yang
terkenal adalah yang berasal dari daerah Prambanan, Jawa Tengah, yang
kemudian dinamakan Kanjeng Kyai Pamor dan disimpan di halaman Keraton
Kasunanan Surakarta.
Jenis-jenis Pamor Keris
Ditinjau dari teknik pembuatannya, dikenal adanya dua macam pamor,
yakni pamor mlumah dan pamor miring. Dibandingkan dengan pamor miring,
pamor mlumah relatif lebih mudah pembuatannya, dan resiko gagalnya lebih
kecil. Itulah sebabnya rata-rata nilai mas kawin (harga) keris berpamor
mlumah lebih rendah dibandingkan keris yang berpamor miring.
Ditinjau dari bagaimana terjadinya pamor itu, macam-macam motif pamor
dibagi dalam dua golongan besar, yakni pamor tiban atau pamor jwalana,
dan pamor rekan atau pamor Pamor Pulo Tirto, termasuk pamor
rekananukarta. Yang digolongkan pamor tiban adalah jenis motif atau pola
gambaran pamor yang bentuk gambarannya tidak direncanakan dahulu oleh
si empu. Gambaran pola pamor yang terjadi bukan karena diatur atau
direkayasa oleh Sang Empu, dianggap sebagai anugerah Tuhan. Pola pamor
golongan ini di antaranya, Wos Wutah, Ngulit Semangka, Sumsum Buron,
Mrutusewu, dan Tunggak Semi.
Sedangkan yang digolongkan pamor rekan, adalah pamor yang pola
gambarannya dirancang atau direkayasa lebih dahulu oleh Sang Empu.
Termasuk jenis ini di antaranya, pamor Adeg, Lar Gangsir, Ron Genduru,
Tambal, Blarak Ngirid, Ri Wader, dan Naga Rangsang. Pamor Mayang Mekar
termasuk pamor rekan
Penamaan dan Simpangsiurnya Nama Pamor
Karena ragam pola gambaran pamor jumlahnya banyak sekali, untuk
membedakan pola satu dengan lainnya, tiap motif pamor itu diberi nama.
Ada dua cara pemberian nama pamor dalam dunia perkerisan di Pulau Jawa.
Pertama, dengan melihat hasil akhir penampilan pamor
yang tampak. Jadi, jika gambar pamor itu mirip dengan kulit semangka,
pamor itu disebut Ngulit Semangka, walaupun mungkin Sang Empu bukan
berniat membuat pamor Ngulit Semangka, tetapi Wos Wutah.
Kedua, dengan memperkirakan niat Sang Empu.
Misalnya, jika si empu diperkirakan berniat akan membuat pamor Ri Wader,
ternyata jadinya mirip dengan gambaran pamor Mayang Mekar, maka pamor
itu tetap dinamakan pamor Ri Wader, tetapi gagal. Karena kegagalan itu,
nama pamor itu ditambah dengan kata 'wurung' sehingga menjadi Ri Wader
Wurung.
Tetapi penamaan cara yang kedua ini hanya bisa dilakukan oleh orang
yang benar-benar memahami teknik pembuatan pamor. Orang kebanyakan, yang
bukan pakar - jelas akan memakai cara penamaan pamor yang pertama.
Yang juga membingungkan, adanya perpedaan penyebutan nama pamor.
Contohnya, pamor Lawe Setukel, ada yang menyebut Benang Satukel atau
Lawe Saukel, atau Benang Saukel. Ada lagi, Blarak Sinered, Blarak
Ginered, atau Blarak Ngirid. Ada lagi, Melati Rinonce atau Melati
Rinenteng atau Melati Sato-or. Dan, masih banyak lagi kesimpangsiuran
semacam itu.
Yang lebih parah dari itu, misalnya: Pamor Sada Saler atau Adeg Siji.
Namanya beda, tapi pola pamornya yang itu-itu juga. Perbedaan nama ini
makin jauh lagi, karena nama Sada Saeler disalahucapkan menjadi Sada
Jaler, dan kemudian menjadi Sada Lanang. Dan yang agak menggelikan nama
Sada Saeler ditulis oleh orang Belanda dengan ejaan Sadasakler, kemudian
nama itu diterjemahkan menjadi sadasa kleur yang artinya 'sepuluh
warna'. Ini karena kata kleur yang berasal dari bahasa Belanda memang
berarti warna.
Istilah-istilah Mengenai Pamor
Dalam buku-buku lama mengenai keris sering dijumpai berbagai istilah
untuk menggambarkan keadaan dan penampilan pamor. Bahasa Jawanya: Wujud
semuning pamor.
Istilah-istilah itu pada umumnya kurang begitu dikenal orang yang hidup pada masa kini. Di antaranya adalah:
1. Pamor yang mrambut, merupakan istilah penilaian
pamor melalui kesan rabaan (grayangan - Jw.) - yakni pamor yang jika
diraba dengan ujung jari rasanya seperti meraba rambut, Munculnya pamor
semacam itu pada permukaan bilah keris bagaikan susunan helaian rambut,
atau seperti serat-serat yang halus dan lembut.
2. Pamor yang ngawat, juga berkaitan dengan kesan
rabaan seperti di atas, tetapi rasa rabaannya tidak sehalus pramor yang
mrambut, - melainkan seolah-olah seperi rabaan jajaran kawat yang
lembut.
3. Pamor yang nggajih merupakan istilah penilaian
pamor melalui kesan penglihatan, yakni pamor yang tampak seperti lemak
beku menempel di permukaan bilah keris. Keris atau tosan aji yang
pamornya nggajih biasanya adalah keris yang bermutu rendah atau yang
sering disebut keris rucahan. Keris semacam itu jika dijentik
(dithinthing - Jw.) biasanya tidak berdenting.
4. Pamor mbugisan adalah istilah penilaian pamor
melalui kesan penglihatan dan rabaan. Permukaan bilah keris yang
pamornya tergolong mbugisan rabaannya halus, sedangkan gradasi berbedaan
warna antara besinya yang hitam dan pamornya yang putih keperakan tidak
nyata terlihat, tidak kontras.
5. Pamor yang nyanak adalah istilah untuk pamor
Sanak atau pamor peson, merupakan istilah penilaian pamor menurut kesan
penglihatan dan rabaan. Alur-alur pola gambaran pamor ini tidak jelas,
tak kontras, tetapi rabaannya sangat terasa, agak kasar. Keris berpamor
sanak biasanya dibuat dari bahan pamor yang berupa mineral besi yang
didapat dari daerah lain. Jika dijentik, keris dengan pamor sanak tidak
berdenting nyaring.
6. Pamor yang kelem, yang yang penampillannya cukup
jelas, cukup kontras, tetapi sedemikian rupa sehingga seolah yang
terlihat ini hanya sebagian kecil dari keseluruhan pamor. Seolah
sebagian terbesar dari pamor itu 'tengelam' di dalam badan bilah. Pamor
yang kelem itu jika diraba akan terasa lumer atau halus dan lembut.
7. Pamor yang kemambang adalah kebalikan dari pamor
yang kelem. Pamor ini memberi kesan seolah bagian pamor yang tertanam di
badan bilah hanya sedikit saja. Jika diraba, pamor kemambang juga
memberikan kesan lumer dan halus.
8. Pamor yang ngintip adalah istilah penamaan pamor
yang sangat kasar perabaannya, malahan kadang-kadang di beberapa bagian
terasa tajam. Pamor yang ngintip ini bisa terjadi karena dua sebab.
Pertama si empu boros atau dermawan (loma- Jw.) terhadap bahan pamor
yang digunakannya, sehingga jumlah bahan pamor yang digunakan
berlebihan. Bisa juga terjadi karena ketidaksengajaan, yakni untuk
memberikan kesan wingit pada keris itu.
Sebab yang kedua adalah si empu menggunakan bahan pamor bermutu
tinggi, tetapi besi yang digunakan mutunya kurang baik, sehingga besi
itu cepat aus. Sewaktu besinya sudah aus, sedangkan pamor tidak, maka
pamor itu akan 'muncul' di permukaan bilah secara berlebihan.
9. Pamor yang mubyar yakni pamor yang tampak cerah,
cemerlang, dan kontras dengan warna besinya. Walaupun warnanya kontras,
namun jika diraba akan terasa lumer, halus.
Selain istilah-istilah yang di atas, untuk menilai pamor orang juga
mengamati kondisi tertanamnya pamor pada badan bilah keris atau tosan
aji lainnya. Menurut istilah Jawa, kondisi itu disebut tancebing atau
tumancebing pamor.
Tancebing atau kondisi tertancapnya pamor pada badan bilah ada dua
macam, yakni pandes (pandhes), yang tertanamnya pamor seolah dalam dan
kokoh; dan kumambang, yaitu yang seolah-olah mengambang atau mengapung
di permukaan bilah.
Tuah Pamor dan Perlambang
Banyak penggemar keris yang mengkaitkan nama dan motif pamor dengan
tuah keris atau tombaknya. Untuk mengetahui sebuah keris atau tombak itu
baik atau tidak tuahnya, orang lebih dahulu akan mengamati jenis motif
pamornya. Begitu pula jika orang ingin tahu apa tuah atau manfaat keris
itu, yang pertama kali dilihat adalah pamornya. Itulah sebabnya, mengapa
di kalangan penggemar keris timbul istilah ‘membaca pamor’. Mereka
menganggap bahwa tuah keris dapat dibaca dari pamornya.
Anggapan itu tidak bisa disalahkan. Soalnya, seandainya pamor itu
termasuk jenis pamor tiban, gambaran yang muncul dianggap sebagai
pratanda dari Tuhan mengenai isi dan tuah keris itu. Jadi, motif atau
pola yang tergambar pada pamor itu dianggap sebagai petunjuk untuk
memperkirakan baik buruknya keris itu, sekaligus juga memperkirakan tuah
apa yang terkandung di dalamnya.
Kalau motif pamor itu tergolong pamor rekan, maka pamor itu akan
direka oleh Sang Empu sedemikian rupa sehingga bentuk gambarannya sesuai
dengan niat empu, yang dirupakan dalam doa adan mantera yang
diucapkannya. Misalnya, jika Sang Empu menginginkan keris buatannya
mempermudah si pemilik untuk mencari rezeki, ia akan membuat pamor Udan
Pamor Udan Mas Mas, Pancuran Mas, Tumpuk, atau Mrutu Sewu. Tetapi jika
si empu ingin agar keris buatannya bisa menambah kewibawaan pemiliknya,
empu itu akan membuat keris dengan pamor Naga Rangsang, Ri Wader, Raja
Abala Raja, dan yang sejenis dengan itu.
Gambaran motif pamor adalah perlambang harapan. Harapan Sang Empu, sekaligus juga harapan si pemilik keris.
Kira-kira sama halnya dengan gambaran rajah penolak bala. Atau
mungkin serupa pula dengan gambaran Patkwa yang oleh masyarakat
keturunan Cina dipercayai memiliki tuah sebagai penolak bala. Mungkin
mirip juga dengan kepercayaan sebagian orang Eropa yang menganggap
bentuk ornamen ladam kuda (sepatu kuda) sebagai bentuk yang dianggap
bisa mengusir setan dan roh jahat.
Dalam budaya Jawa - mungkin juga dibilang budaya Indonesia,
bentuk-bentuk tertentu membawa perlambang maksud dan harapan tertentu
pula.
Bentuk bulatan, lingkaran, garis lengkung, atau gambaran yang
memberikan kesan lumer, kental, tidak kaku, melambangkan kadonyan atau
kemakmuran duniawi, kekayaan, rejeki, keberuntungan, pangkat, dan yang
semacam dengan itu.
Bentuk gambaran garis yang menyudut, segi, patahan, seperti segi
tiga, segi empat, dan yang serupa dengan itu, dianggap sebagai lambang
harapan akan ketahanan atau daya tangkal terhadap godaan, gangguan,
serangan, baik secara fisik maupun nonfisik. Jika gambaran itu dirupakan
dalam bentuk pamor, itu melambangkan harapan akan kesaktian dan
kadigdayan.
Bentuk garis lurus yang membujur atau melintang, atau diagonal,
dipercaya sebagai lambang harapan akan kemampuan untuk mengatasi atau
menangkal segala sesuatu yang tidak diharapkan. Pamor yang serupa itu
dianggap dapat diharapkan kegunaannya untuk menolak bala, menangkal
guna-guna dan gangguan makhluk halus, menghindarkan bahaya angin ribut
dan badai, terhindar dari gangguan binatang buas dan binatang berbisa.
Misalnya, pamor Adeg.
Karena itulah, seorang empu sebenarnya juga bisa dibilang seniman
yang memahami bahasa perlambang, dan menggunakan gambaran
pamor sebagai media komunikasi.
PAMOR KERIS PEMILIH
Sering kita mendengar cerita dimasyarakat tentang orang yang tidak
cocok pada keris pusakanya, baik keris dari warisan, pemberian orang,
mas kawin atau yang mendapatkan dengan cara-cara lainnya. Ada banyak
sekali jenis dari keris yang berpamor pemilih dan berpamor yang kurang
baik, hal ini dikarenakan oleh berbagai macam faktor diantaranya :
1. Saat Empu membabar / membuat pusaka konsentrasinya terganggu oleh
sesuatu hal sehingga mantra yang seharusnya baik menjadi salah ucap atau
tidak sesuai maka mengakibatkan keris tersebut mempunyai tuah yang
kurang baik Contohnya : Pusaka Empu Gandring, sebelum keris selesai
dibuat sang Empu dibunuh oleh Ken Arok dan mengucapkan kata – kata
kutukan yang masuk ke keris tersebut, dan terbukti keris tersebut
mempunyai tuah seperti maksud dari kutukan empu Gandring.
2. Pamor Adalah sebuah bentuk ilustrasi atau gambar yang muncul
dipermukaan bilah keris, nama-nama pamor sangat banyak dan beragam
sesuai bentuk dan kemiripannya dengan alam, sebagai contoh ; Pamor Beras
Wutah, Pamor Sasa Sakler, Pamor Blarak Ngirid, Pamor Udan Mas dan lain
sebagainya. Terdapat beberapa jenis pamor yang memang mempunyai tuah
yang kurang baik antara lain :
Pamor Satria Wirang : membawa kesengsaraan pemiliknya.
Pamor Sujen Nyawa : pusaka ini menginginkan pemiliknya untuk segera meninggal.
Pamor Dengkiling : mempunyai angsar cengkiliing / jahil pada pemiliknya.
Pamor Yoga Pati : angsarnya anak pemilik pusaka sering sakit sakitan.
Pamor Tundung : membuat pemiliknya sering pindah-pindah tempat / usaha.
3. Ada beberapa pusaka yang pemilih, maksudnya pusaka ini hanya cocok
pada orang – orang tertentu saja sehingga kalau tidak cocok dengan
seseorang yang memilikinya maka akan menjadikan pemiliknya tidak nyaman
atau tidak tentram dalam berbagai kehidupan. Pusaka ini biasa tersirat
pada pamor atau juga dapur pusakanya. Sebagai contoh sebuah keris dapur
Kebo Lajer adalah keris untuk para petani dan peternak maka tidak akan
cocok atau tidak sesuai jika dimiliki oleh seorang pejabat, Keris Dapur
Sangkelat adalah keris untuk para petinggi tidak akan cocok untuk
petani.
4. Pusaka yang sudah cacat atau tidak WUTUH juga mempunyai pengaruh
kurang baik pada pemiliknya, seperti pegat waja, pugut / putus ,
Nyangkem kodok, Randa beser dan sudah terlalu aus sehingga sudah tidak
terbentuk lagi sebagai pusaka. Hal ini dapat digambarkan seperti mobil
jika remnya sudah tidak ada maka mobil tersebut akan sangat membahayakan
bagi yang mengendarainya.
Muncul pertanyaan “Keris yang tidak cocok tersebut harus dikemanakan ?
“, Bila keris tersebut cacat maka bisa dibetulkan oleh seorang empu
dimasa sekarang masih ada empu yang dapat memperbaiki keris yang cacat
atau rusak tepatnya di kota Solo atau Jogyakarta, tapi ada juga yang
rela keris –keris tersebut dilarung ke sungai tapi ini adalah suatu
tindakan yang keliru, karena keris tersebut adalah juga suatu karya yang
adiluhung maka sebaiknya diserahkan ke Museum, kalau di Semarang dapat
diserahkan ke Museum Rangga warsito yang siap untuk menerima pusaka –
pusaka anda yang memiliki ciri-ciri yang kurang baik”. Jika sampai
hilang dari nusantara maka untuk studi penelaahan keris akan menemui
hambatan sebab banyak keris yang hilang karena dilarung. Walau keris itu
Kurang Cocok alangkah baiknya jika diserahkan ke museum, biar negara
yang menampung dan merawatnya agar budaya adiluhung kita tidak hilang.
Maka jika ingin memiliki pusaka KERIS sebaiknya memperhatikan 3 hal
yaitu TANGGUH, SEPUH dan WUTUH..
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, semua hasil karya manusia
yang gagal atau salah dalam perhitungan, pengerjaan atau perencanaan
akibatnya akan dapat membahayakan manusia, jadi tidak hanya keris.
Jembatan, rumah, toko, gedung juga memiliki pengaruh yang tidak baik
bagi yang menempati atau memiliki jika terdapat kegagalan dalam proses
pembuatannya. intinya jika sesuatu hal itu dirancang dan dikerjakan
dengan perencanaan yang matang, hati yang baik dan iklas maka hasilnya
juga akan baik.
beberapa contoh jenis besi menurut empu kuno:
- Besi Karangkijang = Energinya dingin dan sabar
- Besi pulosani =manfaatnya untuk kewibawaan, dapat kaya, dan keriernya baik.
- Besi mangangkang (Wadon / betina) =manfaatnya kalau dibawa pergi mudah dapat rejeki.
- Besi Walulin.=manfaatnya yang punya selalu sehat kuat, dalam bidang pertanian subur tanamannya, dihormati orang banyak, dan dapat berbuat tegas dalam menyelesaikan perkara.
- Besi Katub.= manfaatnya cocok untuk pedagang, apa yang dikehendaki dapat tercapai, dan juga untuk keselamatan.
- Besi Kamboja.=manfaatnya untuk kewibawaan, disegani orang banyak, kariernya baik. Tetapi tidak boleh berbuat jahat, kalau melanggar mendapat celaka.
- Besi Ambal=manfaatnya dapat menarik keris lain.
- Besi Winduaji=manfaatnya untuk keselamatan.
- Besi Tumpang.=manfaatnya untuk kewibawaan dan daya pesona.
- Besi Werani =manfaatnya untuk mencapai pangkat tinggi, kaya raya, dan Sukses dalam kepemerintahan.
- Besi Walangi. =manfaatnya dapat lancar untuk mencari sandang pangan, juga untuk penghasihan, dan jangan untuk usaha simpan pinjam.
- Besi Terate.=manfaatnya dicintai oleh wanita, dan keselamatan.
ada juga besi2 yang mempunyai manfaat berlawanan dengan besi diatas.
Seperti halnya jamu yang dibuat oleh seorang ahli jamu, yang berasal
dari berbagai macam tanaman yang memiliki fungsi sendiri-sendiri
kemudian disatukan untuk sebuah pengobatan suatu penyakit. Keris juga
demikian diramu dari berbagai jenis besi yang memiliki fungsi-fungsi
tersendiri kemudian disatukan untuk sebuah tujuan bagi pemesannya.
Kalau jamu yang kita minum dapat memberikan efek kepada hidup dan
kesehatan kita, keris juga demikian …. Namun perlu waspada dan jangan
keliru dengan keris yang tidak diramu dari besi-besi pilihan.
Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
ReplyDeletesedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau
Assalamualaikum permisi admin hanya sedekar berbagi pengalaman, Awal mula saya mengikuti pesugihan karena usaha saya bangkrut dan saya di lilit hutang hingga mencapai 2Milyar lebih, awalnya saya sempat takut dan bertanya-tanya. Setahu saya yang namanya pesugihan itu pasti akan meminta tumbal seperti nyawa dari salah satu anggota keluarga dan melakukan ritual-ritual tertentu dan hal-hal menakutkan lainnya. Dan sempat bingung ketika membaca di website USTAD UJANG BUSTOMI http://pesugihanjawa69.blogspot.co.id/ apakah iya pesugihan itu memang ada yang tidak memakan tumbal. tapi selama dua hari saya berpikir akhirnya saya bergabung dan menghubungi USTAD UJANG BUSTOMI kata Pak ustad pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan penarikan uang ghoib 3 Milyar dengan tumbal hewan, semua petunjuk saya ikuti dan hanya dua hari. Alhamdulilah akhirnya 3M yang saya minta benar benar ada di tangan saya. Perlahan hutang-hutang saya mulai saya lunasi. Dan yang paling penting bisnis keluarga yang saya warisi tidak jadi koleps. Ternyata pesugihan ustad.ujang bustomi berbeda dengan pesugihan yang saya kenal sebelumnya, dan tidak meminta tumbal keluarga, Jika ada teman-teman disini yang sedang kesulitan masalah ekonomi. Saya menyarankan untuk menghubungi USTAD UJANG BUSTOMI di 085215951837 pasti akan di bantu
Delete